Program Kewirausahaan (PKWU) SMA Negeri 4 Kota Cirebon mengalami perkembangan positif di luar ekpektasi atau harapan.
Hasil program unggulan yang berupaya menumbuhkembangkan jiwa kewirausahaan siswa kelas X dipamerkan melalui Expo PKWU “Maju Bersama Hebat Semua”, Sabtu (16/12/2017) di lapangan olahraga sekolah setempat.
Produk dari 40 kelompok usaha atau perusahaan yang anggotanya adalah siswa kelas X ini dipamerkan dalam expo bertema “Penguatan Wirausaha Siswa sebagai Penopang Daya Saing Bangsa di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)”.
Berbagai produk yang diproduksi 40 kelompok usaha dari mulai makangan hingga kerajinan tangan tersebut mendapat sambutan positif dari pengunjung expo. Antara lain perwakilan dari Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, Balai Pelayanan dan Pengawasan (BP3) Wilayah V Disdik Jabar, komite, orang tua siswa kelas X dan masih banyak lagi.
“Expo ini janji saya kepada para orang tua siswa saat itu. Dimana dari PKWU ini aka nada expo. Di luar ekspektasi, anak yang baru lulus SMP ternyata mampu mengelola perusahaan, dari mulai memproduksi hingga memasarkan. Bahkan, mereka mampu memasarkan via online. Mohon hal ini didukung orang tua agar mereka bisa terus percaya diri,” tutur Kepala SMAN 4 yang juga Penanggung Jawab Kewirausahaan, H Suroso, saat memberikan sambutannya.
Ditambahkan Suroso, dari 40 perusahaan yang dirintis siswa kelas X akan dipilih 10 yang terbaik. Selanjutnya dari 10 perusahaan kembali dipilih untuk mendapatkan 4 perusahaan. “Perusahaan yang terpilih 4 besar akan mendapatkan tambahan bantuan permodalan menjadi Rp 4 juta,” ujarnya.
Menurutnya, melalui PKWU tumbuh peluang-peluang di luar akademik yang dimiliki setiap siswa. Karena itu, PKWU yang didanai dari pemerintah pusat dan sharing komite sekolah akan dilakukan berkesinambungan.
Dalam laporannya, Penanggung Jawab PKWU yang merupakan Wakasek Humas SMAN 4, Yeni Nuriyani mengungkapkan, di samping mengimplementasikan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK), PKWU berorientasi mengubah cara pandang siswa, utamanya kepada 320 siswa kelas X (peserta program) agar memiliki karakter jujur, kerja keras, berani berinovasi dan kreatif.
“Se-Indonesia ada 204 sekolah yang mendapat bantuan PKWU, salah satunya di Jawa Barat dan khususnya Kota Cirebon adalah SMAN 4. Dan, Expo PKWU ini menjadi bukti siswa kelas X SMAN 4 mampu berwirausaha dan menjadi pengusaha,” tuturnya.
Namun demikian, diakuinya, dalam perkembangan PKWU ini menghadapi sejumlah kendala yaitu terbatasnya waktu mengembangkan usaha karena siswa mengutamakan belajar; masih rendahnya pemahaman siswa terhadap dunia usaha; kemampuan pendampingan yang masih harus ditingkatkan.
“Dari sejumlah kendala itu, kami mengusulkan beberapa hal yaitu agar penunjukkan sekolah kewirausahaan berkesinambungan, mengusulkan adanya event bersama untuk sharing wawasan dan membangun link. Selain itu mengusulkan adanya pelatihan di provinsi,” ungkapnya.
Kepala Seksi Kesiswaan, Bidang Pendidikan Menengah Umum, Disdik Jabar, Wiwin mengapresiasi PKWU yang dilaksanakan SMAN 4 Cirebon. “Ini sebagaimana program pemerintah menyiapkan pengusaha-pengusaha sejak di bangku sekolah. Apa yang dilakukan SMAN 4 Cirebon perlu dipertahankan dan dikembangkan, termasuk di sekolah lain,” katanya dalam sambutan mewakili kepala Disdik Jabar.
Sementara salah satu siswa dari Kelompok Usaha Laverpoool, Saskia Dyra mengaku senang adanya PKWU. Ia bersama delapan temannya mampu membangun perusahaan yang memproduksi jajanan ketempling rebon dan mango sticky rice. Dari modal usaha awal Rp 1 juta, ia mampu memproduksi dan memasarkan jajanan tersebut, baik secara konvensional maupun online.
“Selain dipasarkan ke orang-orang terdekat juga dijual online. Salah satunya ada pemesanan dari Surabaya 5 kg, ada juga permintaan dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Alhamdulillah produk kami bisa diterima,” tutur siswa kelas X IPA 4.
Sejak PKWU digulirkan sekitar 3 bulan, Saskia dan teman-temannya telah merasakan manisnya keuntungan memiliki perusahaan yang dikelola bersama. Dari produk cemilan yang diproduksinya mampu membagi keuntungan masing-masing anggota Rp 20 ribu.
Hingga kini, ia dan teman-temannya masih tetap memproduksi dua jenis cemilan tersebut hingga benar-benar dikenal dan diterima khalayak. Namun demikian, di balik kemampuannya bersama delapan rekannya membangun perusahaan dan mengelolanya, Saskia tetap mengutamakan atau menomorsatukan akademik.
0 komentar:
Posting Komentar